9 juni 2011, di kampus UKDW yogyakarta diskusi Film Batas & Cerita Dari Tapal Batas
diskusi bersama sutradara film Batas : Rudi Soedjarwo , dan beberapa pemain Film Batas
Piet Pagau,
Jajang C. Noer, dan
Marcell Domits
film yang diproduseri oleh Marcella Zalianty,berkisah tentang daerah perbatasan di pedalaman kalimantan yang memiliki pola kehidupannya sendiri, mereka tidak terlalu peduli tentang kawasan batas negara.mereka hidup dengan kesadaran wawasan budaya dayak yang tidak terpisahkan oleh demokrasi batas politik.
karisma hutan dan pola hidup masyarakat telah menyadarkan bahwa upaya memperbaiki kehidupan masyarakat tidak bisa di pisahkan dengan adat isiadat setempat peristiwa kehidupan manusia yang melanggar adat dan mampu menyengsarakan sesamanya tergelar jelas di depan mata.
tepatnya desa pedalaman di wilayah Entikong sana, sebuah tempat yang masih dikelilingi hutan lebat, dimana garis batas antara dua negara Indonesia—Malaysia faktanya hanya ditandai dengan sebuah patok kayu yang bersimbolkan angka-angka.
“Batas” bukan soal meributkan perbatasan antara kedua negara, tetapi menunjukkan apa yang terjadi di sebuah desa yang tempatnya hanya beberapa kilo dari garis batas, ketika seseorang yang asing masuk kemudian mencoba mendobrak batasan yang selama ini ada, menekankan keinginannya untuk mengubah kenyataan. Walau jalan menuju perubahan itu memang tidaklah mudah.
Film ini ingin menceritakan banyak hal, termasuk juga menyinggung ketimpangan yang teramat jelas (walau tidak diperlihatkan secara langsung tetapi bisa dibayangkan lewat pembicaraan antara Jaleshwari dan Adeus) di antara kedua sisi perbatasan, sampai-sampai orang desa, termasuk Adeus bilang negeri seberang itu bagaikan “surga”, dari situ kita bisa membayangkan sendiri perbedaan itu, tidak perlu digambarkan
Film tersebut memanjakan mata tapi sanggup bercerita lebih dan menyentuh kepekaan akan BATAS.
Diskusi dan pembuatan Film ini,
menyentuh kepekaan dan saudara kita yang ada di perbatasan.
dengan segala keterbatasan mereka tetap bangkit
terus berjuang untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
untuk setiap jengkal tanah, dan darah para leluhur.
pada saat diskusi film tersebut,
di antara para teman teman
dari belakang, saya tunjuk tangan
saya bertanya dengan grogi tapi hati ini memberanikan diri
(mungkin Betara mengirimkan saya pada hari itu, harus berada di tempat diskusi tersebut)
terima kasih ka Jubata,Betara dan Allah ta'ala ( yg berarti TUHAN)
"Bicara tentang BATAS, di BORNEO ( khusus nya kalimantan barat) bukan hanya ada satu daerah perbatasaan, seperti Puring Kencana yg berbatasan dengan malaysia.Apakah ada keinginan/kelanjutan untuk menceritakan BATAS BATAS lain di daerah Borneo",????
saya juga meminta Piet Pagau Beracting bersama pa adeus pada saat scene Panglima melempar air kepada pa adeus, (menurut saya adegan tersebut mebakar keberanian )
dan saya tak lupa mengucapkan terima kasih atas produksinya film BATAS, karena telah menyentuh dan melatih kepekaan ;_; saya dan semua orang, yang makin cinta dengan Indonesia.
beitulah bunyi pertanyaan nya, dengan intonasi sedikit malu malu,alias gemetaran....
pertanyaan saya pun di jawab,
oleh pa Rudi Soedjarwo " mungkin kalau film nya di buat di daerah kapuas hulu mungkin keadaannya berbeda,dan karena Marcella Zalianty di undang ke Sanggau, ya jadi film nya di produksi di daerah tersebut ( entikong)."
terus apai Piet Pagau Beracting bersama pa adeus pada saat scene Panglima melempar air kepada pa adeus,pa piet pagau bersama pa adeus menghadap ke saya, menatap dan beracting,
Wahhh saya seperti berada di atmosfer yang membuat saya terdiam kagum...
Piet pagau pun bertanya kepada saya,
Piet Pagau :nemu jako iban? // bisa bahasa iban ?
saya : nemu, apai ku urang lanjak, indai ku urang sungai utik // bisa, ayah saya orang lanjak, ibu saya orang sungai utik
terus saya pun di suruh maju kedepan dan duduk bersama sebaris dan sejajar, jarak hanya 3 jari
( seperti mimpi saja,kemarin saya nonton film batas, dan hari ini saya bisa duduk bersama bintang filmnya)
saya masih seperti tidak percaya dan ingin bangun dari tidur...
tapi itu bukanlah mimpi, dan aku duduk bersebelahan dengan Piet pagau,
dan sempat ngobrol sedikit,
biar abadi kisah nya saya tuliskan di blog ini ( Tulisan Anda Menentukan Hidup Anda)
dan biar abadi momen visual nya saya meminta foto bersama dengan Piet Pagau,..(biar nanti potonya di cetak dan dikirim ke kampung halaman)
dan biar abadi, 20 menit berharga dan tak pernah terlupakan di hidup saya,
saya simpan moment berharga di memory hati dan hardisk computer di rumah :)
--- The Real Story ----- diperankan dan ditulis oleh orang empunya blog ----------
sebelum nya 2 tahun terakhir ( 2010-2011)
saya sudah Nonton Film yang berlokasi di Kalimantan ( karena saya cinta film indonesia)
yaitu "3 pejantan tanggung" dan "BATAS" 2 film tersebut mengisahkan sebagian kehidupan yang ada di Kalimantan,dengan benang merahnya masisng masing, film ini di sajikan dengan tujuan yang melatih kepekaan kita.
kalau film "3 pejantan tanggung" sudah saya tuliskan
di blog yang lalu.
kalau yang ini(BATAS) membahasa tentang tapal batas,
yang saya tahu,perbatasan khususnya kalimantan barat dengan malaysia memiliki banyak sekali permasalahan yang ada di dalam nya.
jauh di sana,
saya pernah berkunjung di daerah Puring Kencana ( tahun 2008)
"Puring Kencana sendiri berbatasan dengan beberapa daerah di Malaysia seperti Sri Aman, Lubok Antu dan Batu Lintang. Untuk sampai ke Batu Lintang dengan berjalan kaki hanya memakan waktu satu setengah jam.Berbeda dengan perjalanan dari pusat kota Kabupaten Kapuas Hulu ke pusat kecamatan yang jika musim hujan bisa memakan waktu hingga dua hari. ”Kalau cuaca bagus normalnya sih 10 jam,” ujarnya.Menurutnya, kondisi masyarakat Puring Kencana yang di pengaruhi oleh tatanan kehidupan di Sarawak Malaysia, selain disebabkan oleh sebagian besar keutuhan masyarakat perbatasan sangat tergantung pada negara tersebut, juga letak yang memungkin untuk mereka melakukan kegiatan perekonomian sehubungan dengan persamaan ras yaitu sama-sama suku Dayak Iban.
Bahkan antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Malaysia yang hidup di sekitar perbatasan masih terdapat hubungan darah yang sangat dekat dan sulit dipisahkan, saling kunjung mengunjungi antara sesama mereka sudah lazim dilakukan setiap hari."
di pedalaman desa yang langsung berbatasan dengan negara tetangga, mempunyai masalah-masalah yang sering di temukan, Pendidikan (gedung sekolah dan pengajar yang belum memadai, bahkan mereka ada yg bersekolah ke luar perbatasan(negara tetangga) dgn tersedia nya asrama dan beasiswa yg di berikan) bahan pangan yang harus belanja di negara tetanga (lebih dekat dan akses jalan lebih mudah dan menggunakan Ringgit Malaysia), Transportasi (jalan yang jauh daerah yang paling ujung,keadaan jembatan yang rusak, kalau hujan lebat, banjir tak bisa di hindari bahkan jembatan terkadang hanyut.tunggu banjirnya sudah sedikit surut baru bisa melewati seberang jalan. Dan kalau nekat, motor bahkan di jinjing untuk menyebrang.batu naik bukit nya besar-besar, saya ingat ketika jatuh naik motor pada saat pulang membeli minuman kaleng ke warung sore hari, pada saat menanjak bukit saya menabrak batu besar dan jatuh. motor rusak dengan stang depan bengkok lampu depan pecah, saya luka dan hampir tulang saya yg kurus ini patah, untung saja, Betara( Tuhan) masih menyelamatkan saya dan memberi nafas.)
Penerangan ( listrik yang belum ada), hanya pakai genset atau tenaga matahari untuk pribadi
Kesehatan (Posyandu yang kurang di perhatikan, dan para tenaga kesehatan perawat nya Bidan atau Mentri Kesehatan)
read :
Mayoritas Warga Puring Kencana Beridentitas Jiran
------------- catatan ----------------------
degupan jantung para leluhur lebih dulu lahir dan terdengar,daripada sejengkal perbatasan. Adat yang masih amat erat dengan kehidpuan suku dayak, menyatukan mereka dan mereka masih punya Sumber Daya Budaya,Sumber Daya Manusia, dan Sumber Daya Alam yang masih amat utuh. Menurut saya, jangan sampai saudara kita yg ada di perbatasan melihat negara tetanga lebih indah dan pindah kesana. warga di perbatasan banyak sekali godaan nya, ya kalau di negara tetangga Pendidikan,Transportasi,Kesehatan,bahan pangan tersedia,.
hear,help,heal, mereka.